Sabbhāsava Sutta
Latar Belakang
Sutta ini dibabarkan kepada
para Bhikkhu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Savathi di hutan Jeta, Taman
Anathapindika,. Dalam sutta ini Tathaghata mengajarkan tentang pengendalian
semua noda. Beliau juga menyebutkan enam Micchaditthi tentang Atta (keakuan).
Isi
Sutta
Buddha mengatakan bahwa noda-noda
dapat dihancurkan bila seseorang dapat melihat dan memperhatikan apa yang
sebenarnya dan apa yang tidak sebenarnya. Perhatian yang sebenarnya dan perhatian
yang tidak sebenarnya. Bila seseorang tidak memperhatikan dengan benar maka munculah
noda-noda baru dan bertambahlah noda-noda yang telah ada. Bila seseorang
memperhatikan dengan benar, noda-noda yang akan timbul akan dapat dihindari dan
noda-noda yang telah ada dapat dilenyapkan.
Noda-noda dapat dihilangkan
dengan melihat (dassana), pengendalian diri (samvara), penggunaan (patisevana),
penahanan (adhivasana), penghindaran (parivajjana), penghapusan (vinodana), dan
pengembangan (bhavana).
Noda-noda dapat dihilangkan
dengan cara melihat dan memperhatikan penyebab munculnya noda-noda yang baru
atau bertambahnya noda-noda yang telah ada yang berasal dari nafsu indra dan
keakuan serta ketidaktahuan. Dengan memperhatikan hal-hal yang tidak perlu
diperhatikan dan memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan, maka noda-noda
yang baru akan muncul dan noda-noda yang lama akan bertambah.
Ketika seseorang memperhatikan
dengan tidak bijaksana maka akan muncul salah satu dari enam pandangan pada
dirinya. Keenam pandangan tersebut adalah :
1.
Pandangan
'diri (atta) ada untukku' muncul sebagai suatu hal yang benar dan tetap.
2.
Pandangan 'tidak ada diri yang ada untukku’
muncul sebagai suatu hal yang benar dan tetap.
3.
Pandangan
'aku mempersepsikan diri dengan diri' muncul sebagai suatu hal yang benar dan
tetap.
4.
Pandangan
'aku mempersepsikan bukan-diri dengan diri' muncul sebagai suatu hal yang benar
dan tetap.
5.
Pandangan
'aku mempersepsikan diri dengan bukan-diri' muncul sebagai suatu hal yang benar
dan tetap.
6.
Pandangan
'diri milikku ini yang berbicara, merasakan dan mengalami 'akibat' (vipaka)
dari 'perbuatan baik dan buruk' (kalyanapapakanam kammanam) di sini
maupun di sana; namun diri milikku ini kekal, abadi, tetap, tidak berubah, akan
bertahan sampai selamanya.'
Akhir
Khotbah
Para Bhikkhu merasa puas dan
gembira dengan kata-kata sang Buddha.
Pesan
Moral
Sebagai siswa sang Buddha
hendaknya kita tekun dalam belajar Dhamma dan senantiasa melatih diri agar kita
mampu terbebas dari noda-noda tersebut dan akhirnya dapat mencapai Nibbana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar