Selasa, 29 Desember 2015

HUBUNGAN MIKROKOSMOS DAN MAKROKOSMOS


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Mikrosmos dan makrokosmos sering menjadi pokok pembicaraan yang sangat penting. Dari berbagai kalangan yang mengetahui tentang mikrokosmos dan makrokosmos lebih cenderung berasumsi yang bukan-bukan, maka perlu pemahaman lebih tentang mikrokosmos dan makrokosmos yang . Oleh karena itu, sutta yang relevan akan membantu menjawab adanya hubungan timbal balik dari kedua hal tersebut. Dengan kata lain banyak hal yang harus diteliti lebih lanjut hubungan antara mikrokosmos dan makrokosos ini, apabila ditinjau dari segi sutta maupun hubungan dengan masa sekarang ini.
Dalam pandangan Buddhis sendiri akan diterangkan melalui sutta yang masih relevan dengan kehidupan saat ini. Berbagai bentuk masalah antara makhluk hidup dan alam juga menjadi pokok yang mencerminkan hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos.  Untuk menjawab banyak pertanyaan tentang hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan dalam makalah ini akan dikupas dengan sutta-sutta yang mendukung.
                                          

B.     Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah yang ada pada makalah “Hubungan Mikrokosmos dan Makrokosmos” ini dapat didirumuskan seperti pada pentanyaan berikut :
1.      Pengertian Mikrokosmos dan Makrokosmos
2.      Bagaimana hubungan Mikrokosmos dan Makrokosmos
3.      Bagaimana hubungan Mikrosmos dan Makrokosmos jika ditinjau dari pandangan Buddhis
C.    Tujuan
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas ulangan tengah semester yang diberikan dosen mata kuliah Sutta Pitaka II. Selain itu, bagi mahasiswa sendiri diharapkan untuk menambah pengetahuan yang lebih lagi. Untuk itu, semoga makalah ini membawa manfaat bagi orang lain agar lebih menambah ilmu tentang mikrokosmos dan makrokosmos.





BAB II
PEMBAHASAN
Dunia kecil, khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh ukuran kecil dari alam semesta itulah mikrokosmos (KBBI). Makrokosmos sendiri menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti alam semesta, tentunya sangat berhubungan antara dengan alam semesta. Dalam pandangan Buddhisme sendiri hubungan antara manusia dengan alam semesta sendiri sangat erat, seperti simbiosis mutualisme saling menguntungkan antara yang satu dengan yang lain. Ditinjau dari segi keuntungan tentunya makhluk hidup terlebih lagi manusia lebih diuntungkan, tetapi karena sifat serakah yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Karena itu, sekarang banyak terjadi bencana alam dimana-mana keselarasan ekosistem sudah tidak lagi menguntungkan tetapi berbalik menjadi saling merusak. Didalam makhluk hidup sendiri memiliki unsur atau elemen yang sama dengan alam semesta yaitu unsur tanah (pathavidhatu), unsur air (apodhatu), unsur api (tejodhatu), unsur udara (vayodhatu). Dengan elemen yang sama inilah yang menjadi sebab saling timbal balik antara makhluk hidup dan alam semesta. Seharusnya manusia menyadari keserakahannya yang tidak menyebabkan terjadinya kerusakan pada tumbuh-tumbuhan seperti yang tertuang dalam Brahmajala Sutta :
“Samana Gotama (maksudnya Buddha-penulis) tidak, merusak biji-bijian yang masih dapat tumbuh dan tidak mau merusak tumbuh-tumbuhan.”
Seperti dalam sutta diatas Buddhisme tidak menganjurkan merusak tumbuh-tumbuhan maupun alam semesta tetapi mengajarkan menjaga keselarasan antara makhluk hidup dan alam semesta. Dan disebutkan didalam Vinaya Pitaka bagian prayascitta nomor 60 yang berbunyi sebagai berikut :
“Jika seorang bhikshu menyebabkan tumbuh-tumbuhan tercabut dari tempatnya tumbuh, maka ia melakukan pelanggaran.”
Maka Sang Buddha dalam Culamalunkya Sutta menyatakan bahwa :
“Dunia kekal ataupun tidak tetap masih mengalami kelahiran, sakit, tua dan kematian.”
Maka haruslah lebih merawat alam semesta yang memberi timbal balik terhadap kelangsungan hidup ini. Sang Buddha juga menjelaskan akibat dari perbuatan didalam Sakkapañha Sutta, apabila tidak berbuat baik terhadap alam maka buah dari perbuatan itu pun akan dipetik. Menurut pandangan Buddhis sendiri hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos memberi timbal balik tergantung perbuatan mikrokosmos terhadap makrokosmos.
Selain itu dalam mencari kekayaan yang berhubungan dengan alam harusnya memiliki mata pencaharian benar dan cara yang benar. Sang Buddha bersabda “barang siapa melakukan apa yang pantas, yang teguh tekad, yang bekerja keras, ia akan memperoleh kekayaan.” (Sutta Nipata 187). Suatu pekerjaan yang dilaksanakan tanpa kesungguhan, tidaklah membuahkan hasil yang besar. (Dhp.312).
Hendaknya dalam menggunakan kekayaan harus sesuai dengan ajaran Sang Buddha “kekayaan yang diperoleh dibagi menjadi empat bagian, sebagian dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari, dua bagian digunakan untuk modal usaha, sebagian untuk ditabung untuk berjaga-jaga pada saat sulit.” (Digha Nikaya III.188). Buddha mengingatkan agar memiliki usaha sendiri (Atthisukha), dapat memanfaatkan kekayaan yang diperoleh dengan baik (Bhoga sukha), kebahagiaan pantas dinikmati karena tidak mempunyai utang (Anana sukha), dan tidak melakukan pekerjaan atau perbuatan yang tercela (Anavajja sukha). (Anggutara Nikaya III.68).
Selain itu, disebutkan pula didalam Maha Gopala Sutta ibarat penggembala sapi yang tidak tahu merawat sapi. Dalam sutta dijelaskan harus menjaga moral yang berhubungan dengan alam semesta. Apabila tidak ada kesinambungan antara mikrokosmos dan makrokosmos akan menimbulkan penderitaan. Sang Buddha juga memberikan kotbah untuk mengembangkan kewaspadaan dan untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk menghancurkan penderitaan dan kesusahan didalam Mahasatipatthana Sutta. Dari semua kotbah yang terdiri dari sutta diatas Sang Buddha mengajarkan hidup selaras dengan makhluk lain agar terhindar dari kesedihan dan penderitaan.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mikrokosmos adalah dunia kecil, khususnya manusia sedangkan makrokosmos berarti alam semesta. Hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos sangat erat, kelangsungan hidup manusia tergantung makrokosmos. Menurut Buddhis dari berbagai sutta yang tersebut diatas juga perbuatan manusia terhadap lingkungan maupun alam semesta mempengaruhi kelangsungan hidup. Alam akan memberi pelakuan sama dengan perlakuan manusia terhadap alam, maka lebih bijaklah dalam menjaga alam.
Saran
Sebagai makhluk mikrokosmos yang terlahir berdampingan dengan alam seharusnya hidup berdampingan dengan saling menjaga keseimbangan. Dengan begitu akan terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara alam dan manusia agar tidak ada kerugian antara kedua belah pihak. Hidup berdampingan dan menebarkan cinta kasih itulah ajaran Sang Buddha.



DAFTAR PUSTAKA
(online) www.kbbi.web.id diakses pada tanggal 25 April 2014
Walshe, Maurice. 1997. The Long Discourses of the Buddha A Translation of the Digha Nikāya. Jakarta : DhammaCitta Press.
Bikkhu Ñānamoli & Bikkhu Bodhi. 1995. Khotbah-khotbah Menengah Sang Buddha Majjhima Nikāyā. Jakarta : DhammaCitta Press.
Lay, U Ko. Panduan Tipitaka Kitab Suci Agama Buddha. 2000. Klaten : Vihāra Boddhivaṁsa.
Susilā, Sayālay. 2012. Mengungkap Misteri Batin dan Jasmani Melalui Abhidhamma. Jakarta : Yayasan Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar