BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrosmos dan makrokosmos sering menjadi pokok
pembicaraan yang sangat penting. Dari berbagai kalangan yang mengetahui tentang
mikrokosmos dan makrokosmos lebih cenderung berasumsi yang bukan-bukan, maka
perlu pemahaman lebih tentang mikrokosmos dan makrokosmos yang . Oleh karena
itu, sutta yang relevan akan membantu
menjawab adanya hubungan timbal balik dari kedua hal tersebut. Dengan kata lain
banyak hal yang harus diteliti lebih lanjut hubungan antara mikrokosmos dan
makrokosos ini, apabila ditinjau dari segi sutta
maupun hubungan dengan masa sekarang ini.
Dalam pandangan Buddhis sendiri akan diterangkan melalui sutta yang masih relevan dengan kehidupan
saat ini. Berbagai bentuk masalah antara makhluk hidup dan alam juga menjadi
pokok yang mencerminkan hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos. Untuk menjawab banyak pertanyaan tentang
hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan dalam makalah ini akan dikupas
dengan sutta-sutta yang mendukung.
B. Rumusan
Masalah
Secara umum, rumusan masalah yang ada pada makalah
“Hubungan Mikrokosmos dan Makrokosmos” ini dapat didirumuskan seperti pada
pentanyaan berikut :
1.
Pengertian
Mikrokosmos dan Makrokosmos
2.
Bagaimana
hubungan Mikrokosmos dan Makrokosmos
3.
Bagaimana
hubungan Mikrosmos dan Makrokosmos jika ditinjau dari pandangan Buddhis
C.
Tujuan
Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas ulangan tengah semester yang diberikan dosen
mata kuliah Sutta Pitaka II. Selain itu, bagi mahasiswa sendiri diharapkan
untuk menambah pengetahuan yang lebih lagi. Untuk itu, semoga makalah ini
membawa manfaat bagi orang lain agar lebih menambah ilmu tentang mikrokosmos
dan makrokosmos.
BAB II
PEMBAHASAN
Dunia kecil, khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang
merupakan contoh ukuran kecil dari alam semesta itulah mikrokosmos (KBBI).
Makrokosmos sendiri menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti alam semesta,
tentunya sangat berhubungan antara dengan alam semesta. Dalam pandangan
Buddhisme sendiri hubungan antara manusia dengan alam semesta sendiri sangat
erat, seperti simbiosis mutualisme saling menguntungkan antara yang satu dengan
yang lain. Ditinjau dari segi keuntungan tentunya makhluk hidup terlebih lagi
manusia lebih diuntungkan, tetapi karena sifat serakah yang dimiliki oleh
manusia itu sendiri. Karena itu, sekarang banyak terjadi bencana alam
dimana-mana keselarasan ekosistem sudah tidak lagi menguntungkan tetapi
berbalik menjadi saling merusak. Didalam makhluk hidup sendiri memiliki unsur
atau elemen yang sama dengan alam semesta yaitu unsur tanah (pathavidhatu),
unsur air (apodhatu), unsur api (tejodhatu), unsur udara (vayodhatu). Dengan
elemen yang sama inilah yang menjadi sebab saling timbal balik antara makhluk
hidup dan alam semesta. Seharusnya manusia menyadari keserakahannya yang tidak
menyebabkan terjadinya kerusakan pada tumbuh-tumbuhan seperti yang tertuang
dalam Brahmajala Sutta :
“Samana Gotama (maksudnya Buddha-penulis) tidak, merusak
biji-bijian yang masih dapat tumbuh dan tidak mau merusak tumbuh-tumbuhan.”
Seperti dalam sutta
diatas Buddhisme tidak menganjurkan merusak tumbuh-tumbuhan maupun alam
semesta tetapi mengajarkan menjaga keselarasan antara makhluk hidup dan alam semesta.
Dan disebutkan didalam Vinaya Pitaka bagian prayascitta
nomor 60 yang berbunyi sebagai berikut :
“Jika
seorang bhikshu menyebabkan
tumbuh-tumbuhan tercabut dari tempatnya tumbuh, maka ia melakukan pelanggaran.”
Maka Sang Buddha dalam Culamalunkya Sutta menyatakan bahwa :
“Dunia
kekal ataupun tidak tetap masih mengalami kelahiran, sakit, tua dan kematian.”
Maka haruslah lebih merawat alam semesta yang memberi
timbal balik terhadap kelangsungan hidup ini. Sang Buddha juga menjelaskan
akibat dari perbuatan didalam Sakkapañha
Sutta, apabila tidak berbuat baik terhadap alam maka buah dari perbuatan
itu pun akan dipetik. Menurut pandangan Buddhis sendiri hubungan antara
mikrokosmos dan makrokosmos memberi timbal balik tergantung perbuatan
mikrokosmos terhadap makrokosmos.
Selain itu dalam mencari kekayaan yang berhubungan dengan
alam harusnya memiliki mata pencaharian benar dan cara yang benar. Sang Buddha
bersabda “barang siapa melakukan apa yang pantas, yang teguh tekad, yang
bekerja keras, ia akan memperoleh kekayaan.” (Sutta Nipata 187). Suatu pekerjaan yang dilaksanakan tanpa
kesungguhan, tidaklah membuahkan hasil yang besar. (Dhp.312).
Hendaknya dalam menggunakan kekayaan harus sesuai dengan
ajaran Sang Buddha “kekayaan yang diperoleh dibagi menjadi empat bagian,
sebagian dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari, dua bagian digunakan untuk
modal usaha, sebagian untuk ditabung untuk berjaga-jaga pada saat sulit.” (Digha Nikaya III.188). Buddha mengingatkan
agar memiliki usaha sendiri (Atthisukha), dapat memanfaatkan kekayaan yang
diperoleh dengan baik (Bhoga sukha), kebahagiaan pantas dinikmati karena tidak
mempunyai utang (Anana sukha), dan tidak melakukan pekerjaan atau perbuatan
yang tercela (Anavajja sukha). (Anggutara
Nikaya III.68).
Selain itu, disebutkan pula didalam Maha Gopala Sutta ibarat penggembala sapi yang tidak tahu merawat
sapi. Dalam sutta dijelaskan harus
menjaga moral yang berhubungan dengan alam semesta. Apabila tidak ada
kesinambungan antara mikrokosmos dan makrokosmos akan menimbulkan penderitaan. Sang
Buddha juga memberikan kotbah untuk mengembangkan kewaspadaan dan untuk
mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk menghancurkan penderitaan dan
kesusahan didalam Mahasatipatthana Sutta.
Dari semua kotbah yang terdiri dari sutta
diatas Sang Buddha mengajarkan hidup selaras dengan makhluk lain agar
terhindar dari kesedihan dan penderitaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mikrokosmos adalah dunia kecil, khususnya manusia
sedangkan makrokosmos berarti alam semesta. Hubungan antara mikrokosmos dan
makrokosmos sangat erat, kelangsungan hidup manusia tergantung makrokosmos.
Menurut Buddhis dari berbagai sutta
yang tersebut diatas juga perbuatan manusia terhadap lingkungan maupun alam
semesta mempengaruhi kelangsungan hidup. Alam akan memberi pelakuan sama dengan
perlakuan manusia terhadap alam, maka lebih bijaklah dalam menjaga alam.
Saran
Sebagai makhluk mikrokosmos yang terlahir berdampingan
dengan alam seharusnya hidup berdampingan dengan saling menjaga keseimbangan.
Dengan begitu akan terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara alam dan
manusia agar tidak ada kerugian antara kedua belah pihak. Hidup berdampingan
dan menebarkan cinta kasih itulah ajaran Sang Buddha.
DAFTAR PUSTAKA
Walshe,
Maurice. 1997. The Long Discourses of the Buddha A Translation of the Digha
Nikāya. Jakarta : DhammaCitta Press.
Bikkhu
Ñānamoli & Bikkhu Bodhi. 1995. Khotbah-khotbah Menengah Sang Buddha
Majjhima Nikāyā. Jakarta : DhammaCitta Press.
Lay,
U Ko. Panduan Tipitaka Kitab Suci Agama Buddha. 2000. Klaten : Vihāra
Boddhivaṁsa.
Susilā, Sayālay. 2012. Mengungkap Misteri Batin dan
Jasmani Melalui Abhidhamma. Jakarta : Yayasan Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar