Rabu, 30 Desember 2015

CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

CAKKAVATTI SIHANADA SUTTA

LATAR BELAKANG
Sutta ini di babarkan oleh Sang Buddha kepada para Bhikkhu ketika berdiam di Matula kerajaan Magadha. Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu “jadikanlah dirimu sebagai pelita, berlindunglah pada dirimu sendiri, dan jangan berlindung pada yang lain, hiduplah dalam Dhamma sebagai pelitamu, Dhamma sebagai pelindungmu dan jangan berlindung pada yang lain”.

ISI
Sutta ini menjelaskan tentang:
  1. Kewajiban seorang Raja
v  Seorang penguasa yang baik harus bersikap tidak memihak dan tidak berat sebelah terhadap rakyatnya.
v  Seorang penguasa yang baik harus bebas dari segala bentuk kebencian terhadap rakyatnya.
v  Seorang penguasa yang baik harus tidak memperlihatkan ketakutan apapun dalam penyelenggaraan hukum jika itu dapat dibenarkan.
v  Seorang penguasa  yang baik harus memiliki pengertian yang jernih akan hukum yang diselenggarakan. Hukum harus diselenggarakan tidak hanya karena penguasa mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan hukum, dan dikerjakan dalam suatu sikap yang masuk akal dan dengan pikiran sehat.
  1. Sebab-sebab kemerosotan moral:
Pada mulanya usia rata-rata manusia 80.000 tahun tetapi batas usia anak-anak mereka hanya 40.000 tahun, ini disebabkan tidak adanya kesejahteraan yang diberikan oleh raja kepada rakyatnya sehingga muncullah kemiskinan, pencurian, kekerasan, pembunuhan, berdusta, memfitnah, berzina, kata-kata kasar, iri hati, dan keserakahan hingga tidak berbakti kepada orang tua. Hingga usia rata-rata manusia menjadi 10 tahun disini tidak ada batasan untuk kawin  dengan ibu atau saudara sekandung, terjadi pembunuhan diantara mereka.
Disaat banyak yang melakukan hal tersebut ada orang-orang tertentu yang berpikir: “sebaiknya kita jangan membunuh atau kita tidak membiarkan orang lain membunuh kita. Marilah kita menyembunyikan diri ke dalam belukar, ke dalam hutan, kecekungan di tepi sungai, ke dalam gua gunung  dan kita hidup dengan akar-akaran atau buah-buahan di hutan”.
  1. Upaya untuk meningkatkan kemajuan batin disertai keterangan usia yang semakin meningkat
Dengan melakukan hal yang tidak bermoral dan selalu melakukan perbuatan bajik, berbakti kepada orang tua, menghormat para samana dan pertapa, serta patuh kepada pemimpin masyarakat yang memiliki kebijaksanaan dan moral yang baik. Karena mereka melaksanakan kebajikan-kebajikan itu, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia bertambah, hingga usia kehidupan mereka 80.000 tahun.
  1. Pahala pelaksanaan Dhamma
Ø  Panjang usia_dengan mengembangkan empat dasar kemampuan batin (iddhipada), yaitu chanda, viriya, citta, vimamsa tentang pelaksanaan, usaha dan meditasi. Dengan dikembangkannya empat iddhipada ini, maka ia dapat hidup selama satu kappa.
Ø  Kecantikan_dengan melaksanakan sila dan mengendalikan dirinya sesuai dengan Dhamma.
Ø  Kebahagiaan_dengan menjauhkan diri dari pemuasan nafsu, bebas dari pikiran-pikiran jahat, dan melakukan meditasi secara terpusat.
Ø  Kekayaan_dengan mengembangkan catur aryasaccani
Ø  Kekuatan_dengan melenyapkan kekotoran batin (asava) sehingga pada kehidupan sekarang ini ia sendiri mencapai dan tetap berada dalam keadaan batin yang suci.




KESIMPULAN
Bahwa untuk hidup yang harmonis kita harus melaksanakan Dhamma, karena Dhamma sebagai penunjuk jalan untuk meninggalkan cara-cara hidup yang salah, demi kesejahteraan dan kebahagiaan  pada kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Untuk itu jadikanlah dirimu sebagai pelita, berlindunglah pada dirimu sendiri, dan jangan berlindung pada yang lain, hiduplah dalam Dhamma sebagai pelitamu, Dhamma sebagai pelindungmu dan jangan berlindung pada yang lain.

PESAN MORAL

Bahwa seseorang harus selalu memperbaiki dirinya sendiri dan secara hati-hati mengontrol tingkah lakunya baik melalui perbuatan, ucapan, dan pikiran. Agar tercipta kehidupan yang harmonis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar