Rabu, 30 Desember 2015

MAHĀGOPĀLAKA SUTTA

MAHĀGOPĀLAKA SUTTA
Dibabarkan      : Sang Buddha
Kepada            : Para Bhikkhu
Tempat            : Savatthi, hutan Jeta, Taman Anathapindika
Latar belakang : Pada saat Sang Buddha berada di Jetavana, Beliau menyapa para bhikkhu dan  menanyakan tentang 11 faktor.
Isi                    : Kondisi-kondisi yang menyebabkan Ajaran tumbuh dan merosot.
Pembahasan
            Ada sebuah perumpamaan seorang gembala sapi yang memiliki 11 faktor, dia tidak mampu memelihara ternaknya yaitu si gembala tidak memiliki pengetahuan bentuk, dia tidak terampil dalam ciri-ciri, dia tidak bisa menemukan telur-telur lalat, dia tidak bisa merawat luka, dia tidak bisa mengasapi kandang itu, dia tidak tahu tempat pengairan, dia tidak tahu apa yang telah diminum, dia tidak tahu jalan, dia tidak terampil dalam hal padang rumput, dia memerah susu sampai kering, dan dia tidak menunjukan lebih banyak penghormatan kepada sapi-sapi jantan yang merupakan ayah dan pemimpin kelompok itu. Demikian pula bila seorang bhikkhu memiliki 11 sifat  dia tidak akan mampu bertumbuh, meningkat dan memenuhi dalam Dhamma dan Vinaya. Sebelas sifat itu adalah :
  1. Tidak memiliki pengetahuan bentuk, seorang bhikkhu tidak memahami bentuk materi.
  2. Tidak terampil dalam hal ciri-ciri, seorang bhikkhu tidak memahami apa adanya. Dicirikan oleh tindakan.
  3. Tidak bisa menemukan telur lalat, seorang bhikkhu tidak bisa mengendalikan suatu pemikiran napsu indera.
  4. Tidak bisa merawat luka, dia tidak mempraktikkan cara pengendalian dalam inderanya.
  5. Tidak bisa mengasapi kandang, seorang bhikkhu tidak bisa mengajarkan Dhamma kepada orang lain secara mendetail.
  6. Tidak tahu tempat pengairan, seorang bhikkhu tidak secara berkala pergi kepada bhikkhu yang telah banyak belajar.
  7. Tidak tahu apa yang telah diminum, seorang bhikkhu tidak memperoleh informasi dalam Dhamma.
  8. Tidak tahu jalan, seorang bhikkhu tidak memahami Jalan Mulia Berunsur Delapan.
  9. Tidak terampil dalam hal padang rumput, seorang bhikkhu tidak memahami empat landasan kewaspadaan.
  10. Seorang bhikkhu memerah susu sampai kering, bhikkhu itu tidak tahu sikap dalam menerima Dana.
  11. Tidak menunjukkan lebih banyak penghormatan kepada para bhikkhu Thera, seorang bhikkhu tidak mempertahankan tindakan-tindakan jasmani yang penuh cinta kasih terhadap para bhikkhu Thera itu.
 Bila seorang bhikkhu memiliki 11 sifat ini dia tidak akan mampu bertumbuh, meningkat, dan memenuhi dalam Dhamma serta Vinaya. Sebelas sifat yang dimiliki bhikkhu yang mampu bertumbuh, meningkat dan memenuhi dalam Dhamma dan Vinaya adalah:
  1. Memiliki pengetahuan akan bentuk, memahami bentuk materi seperti apa adanya.
  2. Terampil dalam hal ciri-ciri, memahami tindakan seperti apa adanya.
  3. Menemukan telur-telur lalat, bisa mengendalikan suatu pemikiran napsu indera.
  4. Merawat luka, mempraktikkan cara pengendalian dalam inderanya.
  5. Bisa mengasapi kandang, dapat mengajarkan Dhamma kepada orang lain secara mendetail.
  6. Tahu tempat pengairan, secara berkala mencari apa yang dia belum tahu kepada bhikkhu yang telah banyak belajar.
  7. Tahu apa yang telah diminum, memperoleh inspirasi di dalam Dhamma.
  8. Tahu jalan, memahami Jalan Mulia Berunsur Delapan.
  9. Terampil dalam hal padang rumput, memahami empat landasan kewaspadaan.
  10. Tidak memerah susu sampai kering, tahu sikap dalam menerima Dana.
  11. Menunjukkan lebih banyak penghormatan kepada para Bhikkhu Thera, mempertahankan tindakan-tindakan jasmani yang penuh cinta kasih kepada para Bhikkhu Thera.
Bila seorang bhikkhu memiliki 11 sifat ini , dia akan mampu bertumbuh, meningkat, dan memenuhi dalam Dhamma serta Vinaya.
Kesimpulan:
Seorang penggembala ternak yang diumpamakan sebagai seorang bhikkhu memiliki 11 sifat yang mampu menumbuhkan dan menurunkan Dhamma dan Vinaya. Apabila sifat buruk yang dijalankan maka Dhamma dan Vinaya akan merosot, sebaliknya jika memiliki sifat baik yang dijalankan maka  Dhamma dan Vinaya akan meningkat. Para bhikkhu merasa puas dan gembira setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Sang Buddha.

Referensi:
Bhikkhu Ñanamoli dan Bhikkhu Bodhi. 2005. Majima Nikaya 2: Kitab Suci Agama Buddha. Klaten: Wisma Sambodhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar