Rabu, 30 Desember 2015

Angutara Nikaya Kel 7,grup 2

BAB TUJUH
Kelompok Tujuh


141. Seorang Sahabat

Tujuh faktor yang dimiliki seorang sahabat yang patut diikuti:
1.      Memberi apa yang sulit diberikan
2.      Melakukan apa yang sulit dilakukan
3.      Dengan sabar menanggung apa yang sulit ditanggung
4.      Memeritahukan rahasianya sendiri
5.      Menjaga rahasia orang lain
6.      Tidak meninggalkan orang yang dalam kemalangan
7.      Tidak menghina orang karena kemalanganya (A.VII.35).


142. Tujuh Persepsi

Tujuh persepsi yang harus dikembangkan:
1.      Sifat yang menjijikan
Bila seseorang sering memikirkan persepsi tentang sifat yang menjijikkan, maka pikiranya akan mengerut menjauhkan diri dari hubungan seksual.
2.      Kematian
Bila seseorang sering memikirkan persepsi tentang kematian, maka pikiran akan mengerut menjauhkan diri dari kecintaan terhadap kehidupan.
3.      Sifat makanan yang menjijikan.
Bila seseorang sering memikirkan persepsi tentang tentang sifat makanan yang menjijikkan, maka pikiran akan mengerut menjauhkan diri dari keserakahan terhadap cita  rasa.
4.      Tidak menariknya seluruh dunia
Bila seseorang sering memikirkan persepsi tentang tidak menariknya seluruh dunia, maka pikiran akan mengerut menjauhkan diri dari pemikiran-pemikiran duniawi.
5.      Ketidakkekalan
Bila seseorang sering memikirkan persepsi tentang ketidakkekalan, maka pikiranya akan mengerut menjauhkan diri dari perolehan, penghormatan dan pujian.
6.      Penderitaan dalam ketidakkekalan
Bila seseorang sering memikirkan persepsi tentang penderitaan didalam ketidakkekalan, maka terbentuk dalam dirinya persepsi tajam tentang bahaya sehubungan dengan kelambanan.
7.      Tanpa diri didalam apa yang merupakan penderitaan.
Bila seseorang sering memikirkan persepsi tentang tanpa diri didalam apa yang merupakan penderitaan, maka aktivitas mentalnya akan kosong dari bentuk aku, bentukan milikku dan kesombongan sehubungan dengan tubuh yang sadar ini beserta semua objek luar; aktivitas mentalnya menjadi damai dan terbebas dengan baik.
Tujuh persepsi ini, bila dikembangkan dan diolah, akan memberikan buah dan manfaatyang besar, yang berlandaskan pada Tanpa-Kematian, memuncak pada Tanpa-Kematian (A.VII.46).

143. Tujuh Belenggu Seksualitas

LB      : Berkenaan dengan pertanyaan  Brahmana Janussoni kepada Yang Terberkahi tentang “Apakah Guru Gotama menyatakan menjalani kehidupan suci selibat?”
Inti      :  Sang Budda  menjelaskan tentang pelanggaran, perobekan, noda dan cacat           dari kehidupan suci selibat.
1.      Membiarkan dirinya diminyaki, dipijat, dimandikan, dan diusap oleh wanita. Dia menyukainya, merindukannya, dan mendapatkan kepuasan didalamnya.
2.      Bergurau dengan wanita, bermain bersama mereka dan menghibur diri bersama mereka.
3.      Memandangi wanita dan bertatap mata dengan mereka.
4.      Mendengarkan suara wanita dibalik dinding atau melalui pagar sementara wanita-wanita itu tertawa, berbicara, menyanyi atau menangis.
5.      Mengingat gelak tawa dan percakapan serta bermain dengan wanita dimasa lalu.
6.      Memandangi perumah tangga atau putra perumah tangga yang bersenang-senang karena memiliki dan dilengkapi dengan lima tali kesenangan indera.
7.      Menjalani kehidupan suci dengan aspirasi terlahir disalah satu alam dewa.
Apabila salah satu atau lebih dari  tujuh belenggu seksualitas belum ditinggalkan maka seeorang tidak akan pernah Terjaga pada pencerahan sempurna yang tiada bandingnya didunia ini (A.VII.144).



145. Tidak Perlu Penyembunyian

Empat hal yang tidak perlu disembunyikan.
1.      Perilaku fisik Sang Tathagata telah murni; tidak ada perilaku fisik yang salah pada Sang Tathagata yang mungkin perlu disembunyikan.
2.      Perilaku ucapan Sang Tathagata telah murni; tidak ada perilaku ucapan yang salah pada Sang Tathagata yang mungkin perlu disembunyikan.
3.      Perilaku mentalnya telah murni; tidak ada perilaku mental  yang salah pada Sang Tathagata yang mungkin perlu disembunyikan.
4.      Penghidupanya telah murni; tidak ada penghidupan yang salah pada Sang Tathagata yang mungkin perlu disembunyikan.

Tiga cara dimana Sang Tathagata tidak tercela.
1.      Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Tathagata.
2.      Cara menuju Nibbana telah dinyatakan dengan baik oleh Sang Tathagata kepada para siswa, sehingga siswa Buddha yang berpraktek dengannya, dengan hancurnya noda-noda, didalam kehidupan ini juga masuk dan berdiam didalam pikiran tanpa noda, pembebasan oleh kebijaksanaan, karena telah merealisasikan bagi dirinya sendiri lewat pengetahuan langsung.
3.      Beratus-ratus siswa Sang Tathagata, dengan hancunya noda-noda, didalam kehidupan ini juga masuk dan berdiam didalam pembebasan  pikiran tanpa noda, pembebasan oleh kebijaksanaan, karena telah merealisasikan bagi dirinya sendiri lewat pengetahuan langsung (A.VII.55).


146. Menghindari Kantuk

Tempat           : Taman Rusa, Hutan Bhesakala, Kota Sumsumagari, Bhagga
LB                  : Berkenaan dengan Y.M. Mahamoggallana yang pada saat itu berdiam di Magadha didekat desa Kallavalamutta, terkantuk-kantuk ditempat duduknya. Yang terberkahi melihat dengan mata dewa-Nya.
Inti                  : Sang Buddha menjelaskan tujuh cara mengatasi kantuk.
1.      Janganlah memeberikan perhatian pada pemikiran itu.
2.      Renungkan Dhamma sebagaimana yang engkau pelajari dan kuasai, menyelidiki dengan cermat dalam pikiranmu.
3.      Mengulang Dhamma sebagaimana yang engkau pelajari dan kuasai.
4.      Menarik kedua daun telinga dan menggosok kaki dengan tangan.
5.      Bangkit dari tempat duduk, membasuh matamu dengan air, memandang kesegala arah dan keatas bintang-bintang dan konstelasi.
6.      Mengembang pikiran yang bersinar.
7.      Berjalan kesana kemari, dengan sepenuhnya menyadari proses berjalan (A.VII.58).



149. Pengembangan Mental

Tujuh hal yag harus dikembangkan pikiran untuk terbebas dari noda-noda melalui ketidakmelekatan.
1.      Empat landasan kewaspadaan.
2.      Empat jenis usaha benar.
3.      Empat landasan keberhasilan.
4.      Lima kemampuan spiritual.
5.      Lima kekuatan spiritual.
6.      Tujuh faktor pencerahan.
7.      Jalan mulia berunsur delapan.

Sang Buddha menjelaskan hal tersebut dengan contoh seekor ayam betina yang memiliki banyak telur. Tetapi dia tidak cukup lama mengeraminya dan telur-telur itu tidak dihangatkan dengan baik, tidak cukup dikembangkan untuk menetas. Walaupun ayam itu berharap agar telurnya menetas. Tetapi apabila telur dierami, dihangatkan cukup berkembang  dengan baik tanpa berharappun akan mentas (A.VII.67).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar