BAB TUJUH
Kelompok Tujuh
141. Seorang Sahabat
Tujuh faktor yang dimiliki seorang sahabat yang patut diikuti:
1.
Memberi apa yang sulit diberikan
2.
Melakukan apa yang sulit dilakukan
3.
Dengan sabar menanggung apa yang
sulit ditanggung
4.
Memeritahukan rahasianya sendiri
5.
Menjaga rahasia orang lain
6.
Tidak meninggalkan orang yang
dalam kemalangan
7.
Tidak menghina orang karena
kemalanganya (A.VII.35).
142. Tujuh Persepsi
Tujuh persepsi yang harus dikembangkan:
1.
Sifat yang menjijikan
Bila seseorang sering memikirkan persepsi
tentang sifat yang menjijikkan, maka pikiranya akan mengerut menjauhkan diri
dari hubungan seksual.
2.
Kematian
Bila seseorang sering memikirkan persepsi
tentang kematian, maka pikiran akan mengerut menjauhkan diri dari kecintaan
terhadap kehidupan.
3.
Sifat makanan yang menjijikan.
Bila seseorang sering memikirkan persepsi
tentang tentang sifat makanan yang menjijikkan, maka pikiran akan mengerut
menjauhkan diri dari keserakahan terhadap cita
rasa.
4.
Tidak menariknya seluruh dunia
Bila seseorang sering memikirkan persepsi
tentang tidak menariknya seluruh dunia, maka pikiran akan mengerut menjauhkan
diri dari pemikiran-pemikiran duniawi.
5.
Ketidakkekalan
Bila seseorang sering memikirkan persepsi
tentang ketidakkekalan, maka pikiranya akan mengerut menjauhkan diri dari
perolehan, penghormatan dan pujian.
6.
Penderitaan dalam ketidakkekalan
Bila seseorang sering memikirkan persepsi
tentang penderitaan didalam ketidakkekalan, maka terbentuk dalam dirinya
persepsi tajam tentang bahaya sehubungan dengan kelambanan.
7.
Tanpa diri didalam apa yang
merupakan penderitaan.
Bila seseorang sering memikirkan persepsi
tentang tanpa diri didalam apa yang merupakan penderitaan, maka aktivitas
mentalnya akan kosong dari bentuk aku, bentukan milikku dan kesombongan
sehubungan dengan tubuh yang sadar ini beserta semua objek luar; aktivitas
mentalnya menjadi damai dan terbebas dengan baik.
Tujuh persepsi ini, bila dikembangkan dan diolah, akan memberikan buah
dan manfaatyang besar, yang berlandaskan pada Tanpa-Kematian, memuncak pada
Tanpa-Kematian (A.VII.46).
143. Tujuh Belenggu Seksualitas
LB : Berkenaan dengan pertanyaan Brahmana
Janussoni kepada Yang Terberkahi tentang “Apakah Guru Gotama menyatakan
menjalani kehidupan suci selibat?”
Inti :
Sang Budda menjelaskan tentang
pelanggaran, perobekan, noda dan cacat
dari kehidupan suci selibat.
1.
Membiarkan dirinya diminyaki,
dipijat, dimandikan, dan diusap oleh wanita. Dia menyukainya, merindukannya,
dan mendapatkan kepuasan didalamnya.
2.
Bergurau dengan wanita, bermain
bersama mereka dan menghibur diri bersama mereka.
3.
Memandangi wanita dan bertatap
mata dengan mereka.
4.
Mendengarkan suara wanita dibalik
dinding atau melalui pagar sementara wanita-wanita itu tertawa, berbicara,
menyanyi atau menangis.
5.
Mengingat gelak tawa dan
percakapan serta bermain dengan wanita dimasa lalu.
6.
Memandangi perumah tangga atau
putra perumah tangga yang bersenang-senang karena memiliki dan dilengkapi
dengan lima tali kesenangan indera.
7.
Menjalani kehidupan suci dengan
aspirasi terlahir disalah satu alam dewa.
Apabila salah satu atau lebih dari tujuh belenggu seksualitas belum ditinggalkan
maka seeorang tidak akan pernah Terjaga pada pencerahan sempurna yang tiada
bandingnya didunia ini (A.VII.144).
145. Tidak Perlu Penyembunyian
Empat hal yang tidak perlu disembunyikan.
1.
Perilaku fisik Sang Tathagata
telah murni; tidak ada perilaku fisik yang salah pada Sang Tathagata yang
mungkin perlu disembunyikan.
2.
Perilaku ucapan Sang Tathagata
telah murni; tidak ada perilaku ucapan yang salah pada Sang Tathagata yang
mungkin perlu disembunyikan.
3.
Perilaku mentalnya telah murni;
tidak ada perilaku mental yang salah
pada Sang Tathagata yang mungkin perlu disembunyikan.
4.
Penghidupanya telah murni; tidak
ada penghidupan yang salah pada Sang Tathagata yang mungkin perlu
disembunyikan.
Tiga cara dimana Sang Tathagata tidak tercela.
1.
Dhamma telah dibabarkan dengan
baik oleh Sang Tathagata.
2.
Cara menuju Nibbana telah
dinyatakan dengan baik oleh Sang Tathagata kepada para siswa, sehingga siswa
Buddha yang berpraktek dengannya, dengan hancurnya noda-noda, didalam kehidupan
ini juga masuk dan berdiam didalam pikiran tanpa noda, pembebasan oleh
kebijaksanaan, karena telah merealisasikan bagi dirinya sendiri lewat
pengetahuan langsung.
3.
Beratus-ratus siswa Sang
Tathagata, dengan hancunya noda-noda, didalam kehidupan ini juga masuk dan
berdiam didalam pembebasan pikiran tanpa
noda, pembebasan oleh kebijaksanaan, karena telah merealisasikan bagi dirinya
sendiri lewat pengetahuan langsung (A.VII.55).
146. Menghindari Kantuk
Tempat : Taman Rusa, Hutan Bhesakala, Kota Sumsumagari, Bhagga
LB : Berkenaan dengan Y.M. Mahamoggallana yang pada saat itu berdiam di
Magadha didekat desa Kallavalamutta, terkantuk-kantuk ditempat duduknya. Yang
terberkahi melihat dengan mata dewa-Nya.
Inti : Sang Buddha menjelaskan tujuh cara mengatasi kantuk.
1.
Janganlah memeberikan perhatian
pada pemikiran itu.
2.
Renungkan Dhamma sebagaimana yang
engkau pelajari dan kuasai, menyelidiki dengan cermat dalam pikiranmu.
3.
Mengulang Dhamma sebagaimana yang
engkau pelajari dan kuasai.
4.
Menarik kedua daun telinga dan
menggosok kaki dengan tangan.
5.
Bangkit dari tempat duduk,
membasuh matamu dengan air, memandang kesegala arah dan keatas bintang-bintang
dan konstelasi.
6.
Mengembang pikiran yang bersinar.
7.
Berjalan kesana kemari, dengan
sepenuhnya menyadari proses berjalan (A.VII.58).
149. Pengembangan Mental
Tujuh hal yag harus dikembangkan pikiran untuk terbebas dari noda-noda
melalui ketidakmelekatan.
1.
Empat landasan kewaspadaan.
2.
Empat jenis usaha benar.
3.
Empat landasan keberhasilan.
4.
Lima kemampuan spiritual.
5.
Lima kekuatan spiritual.
6.
Tujuh faktor pencerahan.
7.
Jalan mulia berunsur delapan.
Sang Buddha menjelaskan hal tersebut dengan
contoh seekor ayam betina yang memiliki banyak telur. Tetapi dia tidak cukup
lama mengeraminya dan telur-telur itu tidak dihangatkan dengan baik, tidak
cukup dikembangkan untuk menetas. Walaupun ayam itu berharap agar telurnya
menetas. Tetapi apabila telur dierami, dihangatkan cukup berkembang dengan baik tanpa berharappun akan mentas (A.VII.67).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar