Rabu, 30 Desember 2015

Akankheyya Sutta (Seandainya seorang bhikkhu berharap)

MAJJHIMA NIKAYA
                  Akankheyya Sutta (Seandainya seorang bhikkhu berharap)

Ø  Latar belakang
Ketika sang buddha berdiam disavatti di hutan jeta, taman anathapindika. Sang buddha mengatakan berdiamlah dengan memiliki moralitas. Sang buddha mengatakan bila seorang bhikkhu memiliki keinginan-keinginan maka berdiamlah dengan memiliki moralitas,memiliki patimokkha, sempurna dalam prilaku. Dan melihat ketakutan didalam kesalahan yang paling kecil. Demikianlah yang dikatakan oleh yang terberkahi. Para bhikkhu merasa puas dan suka cita di dalam kata-kata yang terberkahi.

Ø  Pembahasan
Sutta ini membahas tentang harapan-harapan seorang bhikkhu dan bagaimana seorang bhikkhu harus mengembangkan sila, samadhi, panna. Seandainya ada seorang bhikkhu berharap akan disenangi dan menyenangkan, memperoleh 4 kebutuhan pokok, berharap akan menjadi pemasuk arus, semoga memiliki berbagai macam kekuatan supranormal, dan dapat mencapai nibbana, maka bhikkhu yang masih mempunyai harapan-harapan harus berlatih atau menjalankan peraturan-peraturan. Pikiran dan kebijaksanaan masing-masing menunjukan konsentasi yang dihubungkan dengan buah tingkat arahat, pemasuk arus harus meghancurkan terlebih dahulu tiga belenggu yang pertama adalah pandangan akan diri, keraguraguan dan kemelekatan. Pikiran dan kebijaksanaan masing-masing menunjukkan konsentrasi dan kebijaksanaan yang dihubungkan dengan pencapaian tingkat arahat. Konsentrasi disebut pembebasan pikiran (cetovimutti),  karena terbebas dari nafsu, kebijaksanaan disebut pembebasan lewat  kebijaksanaan (pannavimutti) karena terbebas dari ketidaktahuan. Cetovimutti biasanya merupakan hasil dari ketenangan, sedangkan pannavimutti merupakan hasil dari pandangan terang.

Ø  Pesan Moral
Untuk mencapai tingkat kesucian atau seorang yang sempurna dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan maka ia harus memiliki moralitas dengan menjalankan sila, samadhi, dan panna. Kurangilah harapan-harapan pada diri karena itu hanya akan menghambat kemajuan kebijaksanaan sebab harapan itu sendiri adalah kekotoran batin juga yang harus dilenyapkan bagi siapa saja. Bila harapan tersebut tidak tercapai maka akan timbul penderitaan pada diri kita.


Ø  Referensi:

......2004. Majjhima Nikaya I. Kelaten: Vihara Bodhivamsa Wisma Dhammaguna.
U ko lay. Panduan Tipitaka. Klaten: Vihara Bodhivamsa.
Panjika. Kamus Umum Buddha Dharma. Jakarta: Tri Sattva Buddhis Center

Tidak ada komentar:

Posting Komentar